Inovasi Kesehatan dan Pangan: Prestasi Dosen SGU di STI 2025
wartasehat.my.id – Inovasi kesehatan dan pangan karya dua dosen Swiss German University (SGU), Dr. Hery Sutanto dan Aulia Arif Iskandar, berhasil meraih penghargaan nasional pada 2025. Penelitian mereka terpilih sebagai produk inovasi terbaik 2022–2025 dan dipamerkan di Convention of Science, Technology, and Industry (STI) Indonesia 2025 di hadapan Presiden RI dan para menteri. Kerennya, kedua dosen ini memanfaatkan teknologi AI untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Apa saja inovasi mereka, dan bagaimana dampaknya bagi Indonesia?
Kemirich Gold: Inovasi Kesehatan dari Kekayaan Lokal
Dr. Hery Sutanto, Dekan Fakultas Life Sciences and Technology SGU, menciptakan Kemirich Gold, minyak nabati berbahan dasar kemiri. Produk ini memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia. Meski sering dianggap hanya pelengkap dapur, kemiri ternyata kaya nutrisi. Setelah diolah dengan teknologi modern, Kemirich Gold mengandung Omega 3, Omega 6, Omega 9, DHA, EPA, LA, dan Vitamin E. Nutrisi ini mendukung kesehatan jantung orang dewasa serta pertumbuhan anak-anak.
Hery menjelaskan, “Kemirich Gold menawarkan alternatif minyak sehat karya anak bangsa yang bisa bersaing dengan produk impor.” Produk ini telah tersertifikasi halal dan mendapat izin edar dari BPOM RI. Selain itu, Kemirich Gold menunjukkan bahwa Indonesia mampu mengolah sumber daya lokal menjadi produk bernilai tinggi. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga mendukung ekonomi lokal.
Dub-Dub Mini EKG: Deteksi Jantung Berbasis AI
Aulia Arif Iskandar, Kepala Program Studi Biomedical Engineering SGU, mengembangkan dua alat inovasi kesehatan berbasis AI: Dub-Dub Mini EKG dan Stetoskop Digital. Dub-Dub Mini EKG adalah elektrokardiogram 1-lead portabel yang mendeteksi irama jantung abnormal secara real-time. Alat ini terhubung ke aplikasi ponsel melalui Bluetooth. Fitur emergency alert dan telekonsultasi memungkinkan pasien mendapat penanganan cepat. Dengan harga terjangkau, alat ini menjawab kebutuhan masyarakat di daerah terpencil.
Aulia mengungkapkan, “Banyak masyarakat Indonesia kesulitan mengakses deteksi dini penyakit jantung. Oleh karena itu, saya ingin menciptakan solusi yang praktis dan murah.” Dub-Dub Mini EKG meraih penghargaan sebagai alat terbaik ke-2 kategori inovasi alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI pada 2019. Penghargaan ini membuktikan potensi teknologi lokal dalam memperkuat sistem kesehatan nasional.
Stetoskop Digital: Diagnostik Paru Modern
Selain Dub-Dub Mini EKG, Aulia juga mengembangkan Stetoskop Digital berbasis AI. Alat ini menganalisis suara pernapasan untuk mengklasifikasi penyakit paru-paru. Berbeda dari stetoskop biasa, alat ini menggunakan machine learning untuk mendeteksi pola suara yang tidak normal. Dengan demikian, tenaga medis mendapat bantuan diagnostik yang lebih akurat. Alat ini sangat membantu di daerah dengan keterbatasan dokter spesialis.
Stetoskop Digital memenangkan penghargaan Produk Riset Alkes Unggulan Pertama 2024 dari Kementerian Kesehatan. Menurut Kompas, inovasi ini mempercepat deteksi penyakit paru-paru. Akibatnya, pasien mendapat perawatan lebih cepat, terutama di wilayah terpencil. Aulia menegaskan, “Inovasi kesehatan harus terjangkau dan bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat.”
Dampak Nyata untuk Masyarakat
Rektor SGU, Assoc. Prof. Dr. Samuel P. Kusumocahyo, memuji kedua dosen atas kontribusi mereka. “Inovasi kesehatan dan pangan ini bukan sekadar prestasi akademik. Karya mereka menjawab kebutuhan nyata masyarakat,” katanya, seperti dilansir SINDOnews. Samuel menambahkan bahwa SGU berkomitmen mendukung riset yang berdampak langsung bagi bangsa.
Kemirich Gold, misalnya, memberdayakan petani lokal dengan memanfaatkan kemiri. Sementara itu, alat-alat Aulia meningkatkan akses layanan kesehatan di daerah terpencil. Dengan demikian, kedua inovasi ini memperkuat ketahanan pangan dan kesehatan nasional. Selain itu, kehadiran mereka di STI 2025 menunjukkan bahwa talenta Indonesia mampu bersaing di panggung global.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski berhasil, kedua dosen menghadapi tantangan. Hery menyebutkan bahwa mengedukasi masyarakat tentang manfaat kemiri masih sulit. Banyak yang menganggap kemiri hanya rempah biasa. Oleh karena itu, kampanye edukasi sangat penting. Di sisi lain, Aulia menyoroti kebutuhan pendanaan untuk produksi massal alat-alatnya. Namun, ia optimistis bahwa dukungan pemerintah dan swasta akan mempercepat adopsi teknologi ini.
Menurut Detik, inovasi lokal seperti ini membutuhkan ekosistem pendukung yang kuat. Pemerintah perlu meningkatkan investasi pada riset dan pengembangan. Selain itu, kolaborasi dengan universitas dan industri akan mempercepat komersialisasi produk. Dengan demikian, inovasi kesehatan dan pangan bisa menjangkau lebih banyak masyarakat.
Pelajaran dari Prestasi Ini
Prestasi Hery dan Aulia di STI 2025 memberikan beberapa pelajaran. Pertama, Indonesia kaya akan sumber daya alam dan talenta. Kedua, teknologi AI dapat menjadi solusi untuk masalah kesehatan dan pangan. Ketiga, kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat sangat penting. Samuel menegaskan, “Kami bangga melihat karya dosen SGU memberi dampak nyata.”
Kemirich Gold dan alat-alat Aulia menunjukkan bahwa inovasi lokal bisa bersaing dengan produk global. Namun, tantangan seperti pendanaan dan distribusi masih perlu diatasi. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak akan menentukan keberhasilan jangka panjang.
Kesimpulan
Inovasi kesehatan dan pangan karya Dr. Hery Sutanto dan Aulia Arif Iskandar membawa harum nama Indonesia di STI 2025. Kemirich Gold memanfaatkan kemiri untuk kesehatan, sementara Dub-Dub Mini EKG dan Stetoskop Digital mempercepat deteksi penyakit. Dengan demikian, karya mereka menjawab kebutuhan masyarakat dan memperkuat posisi Indonesia di panggung global. Ke depan, dukungan terhadap riset lokal akan memastikan lebih banyak inovasi berdampak lahir di tanah air.