Balita Cacingan Wafat: Alarm untuk Kesehatan Anak Indonesia
wartasehat.my.id – Balita cacingan bernama Raya (4) meninggal dunia di Sukabumi, Jawa Barat, pada Juli 2025, mengguncang perhatian nasional. Tragedi ini menyoroti lemahnya layanan kesehatan dasar dan sanitasi lingkungan. Menko PMK Pratikno menyebut kasus ini sebagai “alarm nasional” yang mendorong pemerintah bertindak cepat. Bagaimana kronologi kejadian ini? Apa langkah konkret untuk mencegah kasus serupa di masa depan?
Kronologi Tragedi Balita Cacingan
Pada 13 Juli 2025, Raya tiba di RSUD Syamsudin, Sukabumi, dalam kondisi kritis. Tim medis menduga ia menderita tuberkulosis (TBC). Namun, selama perawatan, dokter menemukan banyak cacing gelang keluar dari tubuhnya. Menurut CNN Indonesia, infeksi cacing ini memperparah kondisinya. Raya meninggal pada 22 Juli 2025, meninggalkan duka bagi keluarganya.
Raya tinggal di lingkungan yang tidak higienis. Ia sering bermain di kolong rumah yang juga menjadi kandang ayam. Sanitasi buruk meningkatkan risiko infeksi cacing. Orang tua Raya, Udin (32) dan Endah (38), menghadapi kesulitan. Udin menderita TBC, sementara Endah memiliki gangguan jiwa. Akibatnya, mereka tidak mampu memberikan pengasuhan yang memadai.
Respons Cepat Pemerintah
Pratikno menjelaskan bahwa kasus balita cacingan ini mencerminkan masalah besar. Sanitasi buruk, kurangnya fasilitas MCK, dan ketiadaan dokumen kependudukan menjadi kendala utama. Oleh karena itu, pemerintah segera mengirim tim ke Sukabumi. Tim ini berkoordinasi dengan Dukcapil untuk menerbitkan KTP dan Kartu Keluarga bagi keluarga Raya. Selain itu, mereka mendaftarkan keluarga ini ke BPJS Kesehatan.
Langkah ini memastikan akses layanan kesehatan di masa depan. Menurut Kompas, pemerintah juga mengevaluasi sistem kesehatan dasar. Pratikno menegaskan, “Kami ingin mencegah kasus serupa dengan perbaikan menyeluruh.”
Perbaikan Layanan Kesehatan
Pemerintah memperbarui SOP layanan kesehatan setelah kasus ini. Kini, petugas posyandu harus memastikan anak meminum obat cacing langsung di tempat. Selain itu, rujukan dari puskesmas ke rumah sakit akan lebih ketat. Petugas akan mendampingi pasien hingga tiba di rumah sakit. Jika ada kendala transportasi, pemerintah daerah akan membantu.
Pemerintah juga melibatkan lintas kementerian. Misalnya, Kementerian Desa mendukung perbaikan sanitasi melalui dana desa. Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan fokus pada renovasi rumah tidak layak huni. Menurut Detik, dana desa bisa membiayai iuran BPJS dan fasilitas MCK.
Sanitasi dan Kemiskinan sebagai Tantangan
Infeksi cacing gelang erat kaitannya dengan sanitasi buruk. Pakar kesehatan Saleha Sungkar dari Universitas Indonesia, seperti dikutip Tempo, menjelaskan bahwa cacing menyebar melalui makanan atau tangan yang terkontaminasi. Dalam kasus Raya, lingkungan penuh kotoran hewan memperburuk infeksi. Akibatnya, ia menderita malnutrisi dan komplikasi TBC.
Kemiskinan juga menjadi faktor utama. Keluarga Raya tidak memiliki akses ke BPJS sebelumnya karena ketiadaan dokumen kependudukan. Oleh karena itu, pemerintah mendorong desa dan posyandu untuk aktif mencatat warga ke dalam sistem BPJS. Pratikno menambahkan, “Dana desa bisa membantu iuran BPJS dan perbaikan sanitasi.”
Langkah Konkret ke Depan
Pemerintah menggelar rapat darurat bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri. Mereka menyusun rencana perbaikan lingkungan di Sukabumi, termasuk sanitasi dan rumah layak huni. Selain itu, pemerintah memberikan bantuan kepada keluarga Raya. Udin mendapat perawatan TBC, sementara Endah menerima dukungan kesehatan jiwa.
Pratikno menegaskan bahwa kasus balita cacingan ini menjadi pelajaran besar. “Kami berkomitmen agar anak-anak Indonesia tidak lagi mengalami nasib seperti Raya,” katanya. Pemerintah juga memperkuat peran posyandu untuk memantau kesehatan anak secara rutin.
Pentingnya Kesadaran Masyarakat
Kasus ini menunjukkan perlunya kesadaran masyarakat tentang sanitasi. Orang tua harus memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, posyandu perlu lebih aktif memberikan edukasi. Menurut Kompas, banyak kasus cacingan dapat dicegah dengan kebiasaan sederhana, seperti mencuci tangan dan memastikan anak minum obat cacing secara rutin.
Pemerintah daerah juga berperan besar. Mereka dapat menggunakan anggaran untuk memperbaiki fasilitas sanitasi. Misalnya, membangun jamban keluarga atau memperbaiki saluran air bersih. Dengan demikian, risiko infeksi cacing akan menurun signifikan.
Kesimpulan
Tragedi balita cacingan di Sukabumi menjadi pengingat keras bagi Indonesia. Kasus Raya menyoroti lemahnya akses kesehatan dan sanitasi di daerah tertinggal. Namun, respons cepat pemerintah menunjukkan komitmen untuk perubahan. Dengan perbaikan SOP, akses BPJS, dan sanitasi lingkungan, pemerintah berupaya mencegah kasus serupa. Masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan aman.